Ku Titipkan Doa ku Pada mu

                Sore yang terang untuk hari ini, biasanya saat2 seperti ini sering sekali hujan maklum sudah memasuki bulan Januari pertengahan, menurut ramalan BMKG puncaknya hujan deras sekitar Februari namun belum saja memasuki bulan Kasih Sayang itu, hujan sudah mengguyur seluruh badan jalan. Terdengar suara buka pintu dari arah depan, " Ah, mungkin mama yang pulang ", pikir Shafwah. Ia pun menghampiri ke arah depan yang letaknya gak jauh dari kamarnya, ternyata betul itu mama. Loh, kok ?? Raut wajah mamanya berbeda tak seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang tersimpan dalam hati kecilnya. " Udah pulang mah, terus tadi gimana pengajiannya ?? ", tanyanya lagi sambil mengikuti langkah kaki mama ke arah kamar. "  Alhamdulillah, tadi di rumah Bu Ayu banyak yang datang dari ibu2 taklim  ". Beliau pun mengganti pakaian ngajinya dengan pakaian daster keseharian miliknya, dan mulai rebahan di kasur tepat di samping Shafwah. 

" Shaf, kapan ya mama bisa kesana ?? ", harapannya mulai terbesit lagi, bayangannya hingga di kelopak mata mama yang terlihat sayu dan indah. 

" Insya allah mah, kalau Allah sudah mengizinkan pasti gak ada halang rintang lagi, mama sabar aja "

Ya ! Beliau sangat memimpikan untuk ke Mekkah, centralnya agama Islam untuk menunaikan ibadah umrah dan haji. Mekkah.. Tak ada habis2nya ratusan bahkan jutaan umat manusia ke sana untuk lebih menyempurnakan rukun Islam yang terakhir itu, untuk mendekat diri kepada sang ilahi akan ibadahnya. Mamanya sudah menambung dan mendaftarkan dirinya untuk umrah dari 3 tahun yang lalu, namun bila sesuatu tanpa izin suaminya ( Papa ), harapan itu masih tergantung di jantung hatinya. Uang yang ditabung malah habis untuk membayarkan kontrakan usaha suaminya. Hilang harapan sudah menumpuk di hati mamanya.

" Kalau saja papa mu sudah mengizinkan, pasti mama udah berada disana saat ini ", jawab mama memenjamkan matanya. Shafwah melihat seperti ada tetesan lautan yang akan jatuh di pelupuk mata mamanya, shafwah hanya bisa terdiam mendengar omongan mamanya barusan. Mama melanjutkan curhatannya ke anak sulungnya, 

" Tadi pas di rumah Bu Ayu, mama nangis eh Bu Ayu juga ke ikutan nangis, ya kan sedih ya kak di tinggal temen untuk ke Mekkah. Jadi, mama hanya menitipkan surat ke Bu Ayu ",

Shafwah mengkernyitkan dahinya " Surat apa mah ?? Bukannya di amplopin duit malah kertas hehe", guyon shafwah mencairkan suasana. 

"Yaa.., pokoknya tulisan yang ada di dalam surat itu Shaf. Semoga aja mama bisa cepat ke Baitullah Mekkah, semoga aja di bukakan untuk papa agar memberi izin, terus kita sama2 ke sana sekeluarga", mungkin itulah yang mama tulis dalam surat yang diberikan ke bu Ayu. " Jangan lupa Bu, doa ku tolong kamu ucapkan ya di sana ", pinta mama ke Bu Ayu sore itu. Apa yang dirasakan mamanya pasti lebih sedih ketimbang hanya mendengarkannya saja. ' Insya allah, bila aku ada sejumlah uang mama dan aku akan berangkat ke Mekkah tanpa lagi menitipkan doa pada sepucuk surat yang kau titipka pada sahabat mu, Mah... ',ucap janji suci Shafwah. Dan, seketika angin hembusan sore membelai rambut hitam lebatnya, saat itu juga hujan mulai turun. Konon, di saat hujan turun para malaikat mengepakkan sayap2nya untuk turun ke bumi, mendengar dan membawa secercah harapan umat manusia menuju langit. Maka dari itu bila hujan turun Shafwah sering sekali berdoa, agar doa dan harapannya cepat terkabulkan oleh Sang Ilahi 0:)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar: